angkaberita.id

Aramco Bakal Jual Saham Perdana, Keluarga Kaya Arab Saudi Ini Jadi Andalan

saudi aramco ternyata perusahaan paling untung di dunia, bahkan keuntungannya masih lebih besar gabungan keuntungan tiga perusahaan besar di amerika serikat/foto via argaam.com

Aramco Bakal Jual Saham Perdana, Keluarga Kaya Arab Saudi Ini Jadi Andalan

angkaberita.id – Kendati menuai skeptisme di kalangan pialang modal negara-negara Barat, namun rencana perusahaan minyak Arab Saudi, Aramco menjual saham perdananya terus berlanjut.

Mereka membidik investor China dan keluarga kaya di Arab Saudi sebagai pembelinya. Selain Keluarga Alwaleed dengan patronnya Pangeran Alwaleed Bin Talal, investor dan orang kaya di Arab Saudi,

Aramco juga membujuk Keluarga Olayan membeli saham perdana saat resmi ditawarkan ke bursa saham. Keluarga kaya lainnya ialah Keluarga Almajdouie. Bisnis keluarga ini berserak dari distributor kendaraan pabrikan Hyundai hingga perusahaan logistik terbesar di Arab Saudi.

Kemudian juga Keluarga Al Turki, dengan bisnis sebaran bisnisnya mulai real estate hingga perdagangan umum, dan distribusi makanan serta pelabuhan.

China, seperti dilaporkan Aljazeera, sebagai negara pengimpor minyak terbesar di dunia, juba masuk radar Aramco. China juga dibujuk menjadi pembeli perdana saham Aramco.

Kabar terakhir, China melalui Sinopec Group semacama Pertamina-nya China dan Investment Corp, semacam BUMN di Negeri Tirai Bambu, disebut tertarik.

Mereka berjanji mengucurkan dana segar sebesar 10 miliar dolar Amerika melalui kedua lembaga tadi. Sedangkan investor di luar itu, masih melihat dan menunggu, setidaknya ada sejumlah alasan.

Yakni, terlalu tingginya valuasi pihak Arab Saudi terhadap nilai keseluruhan Saudi Aramco. Kendati pihak Saudi telah menurunkan valuasi Aramco menjadi 2,7 triliun dolar Amerika dari sebelumnya 2 triliun dolar Amerika, namun sejumlah pialang modal (hedge fund) di sejumlah negara barat belum juga memberikan lampu hijau.

Mereka mengkritik dasar Aramnco menetapkan valuasi semata pada cadangan minyak, bukan pada dividen dan arus kas keuangan. Alasan lainnya, terbatasnya jumlah saham dijual saat penawaran persana, yakni hanya 2 persen.

Menurut mereka, itu tak memungkinkan investor menyuarakan haknya dalam pengambilan kebijakan, meskipun sebagai pemegang saham minoritas. Alasan lainnya, soal kondisi geopolitik di kawasan Timur Tengah, termasuk soal harga minyak.

Alasan terakhir, mereka masih melihat dan menunggu langkah China. Kalangan investor di Barat melihat China dengan ambisi kebijakan Belt and Road tidak bisa dibiarkan begitu saja.

Penjualan saham Aramco merupakan upaya pemerintah Saudi, khususnya Putra Mahkota Muhammad Bin Salman melepaskan dari ketergantungan minyak bumi sebagai penopang ekonomi negara.

Diharapkan hasil penjualan saham bisa menambah pundi-pundi kas BUMN negara dan selanjutnya diinvestasikan ke bidang lain, di luar perminyakan. “Soal kualitas dan skala aset Aramco, mereka tak ada saingannya,” kata Dwight Anderson, Pendiri Ospraie Management, lembaga hedge fund.

“Namun keputusan itu hanya memungkinkan tercapainya tujuan negara (Arab Saudi), bukan kita sebagai pemegang saham individual,” kritiknya. Senada Slava Breusov, Analis Senior AllianceBernstein.

Katanya, kalau Aramco menurunkan secara signifikan valuasinya, setidaknya mendekati hitungan pasar di kalangan investor, tentu itu bukanlah kelemahan.

“Itu justru menunjukkan kekuatan dan kebijaksanaan,” sebut usaha pengelola dana dengan dana kelolaan hampir 600 miliar dolar Amerika itu. (*)

Bagikan
Exit mobile version