Mengintip Terminal 5 Bandara Changi Singapura, Proyek Pemicu Jembatan Batam-Bintan?
angkaberita.id – Setelah hampir 14 tahun silam diwacanakan ke publik, jembatan Batam ke Bintan mendekati kenyataan menyusul rencana pemerintahan Jokowi merealisasikan pembangunannya pada tahun 2020.
Akhir tahun ini dijadwalkan studi kelayakan dan detail rekayasa teknis jembatan tuntas. Pemerintah menganggarkan biaya pembangunan jembatan sebesar Rp 4 triliun dengan pembiayaan tahun jamak.
Pemerintah juga melibatkan pihak ketiga dalam rencana ini dengan skema kerjasama pemberintah dengan badan usaha (KPBU). Pembangunan dijadwalkan tuntas selama tiga hingga empat tahun.
Selain menghubungkan Batam dan Bintan, rencana pembangunan jembatan terpanjang di tanah air, ini juga dimaksudkan mendorong pertumbuhan sektor periwisata dan industri di dua pulau utama di Kepri ini.
Jembatan Batam ke Bintan merupakan proyek strategis pemerintah di Kepri. Pembangunan jembatan diharapkan menekan biaya logistik, meningkatkan konektivitas dan mendongkrak pariwisata di Kepri.
Ini seiring dengan kebijakan pemerintahan Jokowi mereposisi Batam sebagai lokasi alternatif pengapalan dan pabrikan ke Singapura. Diperkirakan kebijakan ini bakal mendulang investasi baru setara 60 miliar dolar atau setara Rp 840 triliun dengan kurs per dolar Rp 14.000.
Selain pertimbangan itu, penggesaan proyek jembatan penghubung dua pulau utama di Kepri juga diyakini terkait dengan kondisi global, seperti belum meredanya perang dagang antara China dengan Amerika Serikat.
(Baca: Perluasan Bandara Changi Singapura di Balik Pembangunan Jembatan Batam-Bintan?)
Dan, ini kemungkinan paling menguat, ialah mengkapitalisasi rencana Singapura memperluas Bandara Changi dengan pembangunan terminal kelima, lengkap dengan intermoda koneksi langsung ke Pulau Bintan.
(Baca: Singapura dan Selat Malaka, Jembatan Batam-Bintan: Sebuah Ikhtiar Ekonomi )
Lalu, ada apa dengan terminal lima Bandara Changi? Kenapa perlu diperluas? Mengutip laporan channelnewsasia, perluasan Bandara Changi merupakan rencana strategis Singapura menjadikan posisinya sebagai hub internasional sekarang tetap tak berubah hingga masa mendatang, dengan meningkatkan kapasitas bandara hampir dua kali lipat kondisi sekarang.
Pembangunan terminal lima juga menjadi aset masa depan Negeri Singa, selain menjadikan lebih kompetitif di sektor transportasi udara. Perluasan Bandara Changi ke timur, dekat ke Bintan, juga bakal menjadi ”pengubah permainan” Singapura menghadapi tantangan masa depan.
Tak heran, pembangunan terminal lima disebut-sebut sebagai megaproyek. Bukan saja luasnya hampir separo Bandara Changi sekarang, namun juga nilai strategisnya di masa depan.
Terminal lima dibangun di atas lahan seluas 1.000 hektare, atau hampir seluas Tampine, bahkan 2,5 kali luas Marina Bay. Nama terakhir merupakan resor wisata andalan Singapura.
Perluasan Bandara Changi dijadwalkan tuntas tahun 2030. Sehingga ke depan Bandara Changi dapat melayani 150 juta penumpang per tahun, hampir dua kali lipat kapasitas sekatang setara 82 juta penumpang per tahun.
Selain memaksimalkan pelayanan, pembangunan terminal lima juga meningkatkan kapasitas menjadi 50-70 juta penumpang per tahun. Secara ekonomi, kondisi ini juga mendongkrak sumbangsih sektor transportasi udara bagi keuangan Singapura.
Sejauh ini, industri penerbangan menyumbang 3 persen struktur perekonomian negeri yang mengandalkan jasa sebagai tulang punggung ekonomi. Bahkan, diperkirakan mengutip laporan Asosiasi Penerbangan Internasional (IATA) kontribusinya akan meningkat dua kali lipat pada 20 tahun mendatang.
Sehingga memberikan pemasukan ke PDB Singapura setara 65 miliar dolar pada tahun 2035. Serapan tenaga kerja di sektor ini juga tak main-main, total 77.000 orang terserap bekerja di jasa penerbangan. Mereka menjadi nyawa bagi sektor hilir seperti pariwisata, retail dan sebagainya.
Jasa penerbangan juga menjadi urat nadi bagi sektor hilir andalan Singapura lainnya, seperti jasa keuangan dan sektir bisnis. Singapura bakal memposisikan dirinya sebagai perlintasan arus pebisnis dan profesional dari sekujur dunia, dari dan ke Asia.
“Jika bandara kita terkoneksi sempurna (ke berbagai tujuan) tentu warga Singapura bisa bepergian ke seluruh penjuru dunia, (sebaliknya) ini juga memungkinkan pemimpin bisnis dan profesional (luar negeri) datang ke sini, dan menjadikan Singapura lokasi sebelum bertolak ke kawasan lain,” ungkap Menteri Keuangan Singapura, Heng Swee Keat saat itu.
Pendeknya, perluasan Bandara Changi memberikan banyak kesempatan bisnis baru. Namun tak murah demi menuju cita-cita itu, pemerintah Singapura diperkirakan menghabiskan 10 miliar dolar demi merelisasikan terminal lima ini, biaya yang setara dengan perluasan Bandara di London, Inggris dan Hongkong.
Perluasan Bandara Changi juga mengantisipasi lonjakan penumpang, terutama dari China dan India. China bakal menjadi pasar industri penerbangan terbesar pada pengujung tahun 2020-an, sedangkan India dua tingkat di bawahnya.
Tahun 2035, diperkirakan arus penumpang pesawat dari China dan India menembus angka 1,3 miliar dan 442 juta orang. Tak hanya dua negara itu, Singapura juga membidik pasar tanah air.
Dalam perkiraan mereka, orang Indonesia yang akan mengandalkan transportasi udara sebagai pemulus urusan bisnis mereka bakal menembus peringkat 10 besar dunia.
Dengan estimasi arus penumpang sebanyak 242 juta penumpang per tahun, itu merupakan ceruk pasar yang menggiurkan. Tiga ceruk pasar inilah yang hendak dibidik perluasan Bandara Changi.
“Banyak peluang menerbangkan orang Indonesia, tak hanya ke Singapura, yang juga menjadi tujuan utama warga Indonesia, namun juga menerbangan mereka ke tujuan lain di dunia,” papar seorang analis penerbangan di Singapura.
Terutama, lanjutnya ke sejumlah tujuan seperti di kota-kota di Timur Tengah. Apalagi Bandara Changi selama ini juga menjadi hub kedua tersibuk ke tujuan Timur Tengah, dari negara-negara di Asia.
Perluasan Bandara Changi juga memungkinan Singapura Airlines, maskapai Negeri Singa dapat terbang lebih tinggi menyasar banyak detinasi di sekujur belahan dunia. Saat ini, maskapai telah melayani 60 tujuan di dunia.
“Bahkan, saat puncak kepadatan penumpang, kami sudah kesulitan menambah penerbangan lagi,” ungkap seorang petinggi maskapai merujuk pentingnya permbangunan terminal lima Bandara Changi.
Demi mengurainya, maskapai dikabarkan telah menginvestasikan 50 miliar dolar mendatangkan pesawat baru. Bandara Changi sendiri pada arus puncak, per jamnya harus melayani 68 penerbangan baik mendarat maupun lepas landas.
Sehingga perlu landas pacu ketiga lantaran dua landas pacu sekarang kelebihan beban saat jam sibuk. Bahkan, menurut seorang pejabat navigasi Bandara Changi, pembangunan landas pacu ketiga jauh lebih mendesak demi mengurangi kepadatan pesawat.
Tak hanya infrastruktur fisik, perluasan Bandara Changi juga menjanjikan sentuhan kenyamanan dan kecepatan terbangan ke berbagai tujuan. Karenanya, nanti di terminal lima juga bakal dilengkapi dengan sejumlah fasilitas tempat makan, bersantai menunggu penerbangan hingga ruang publik.
Tak hanya itu, konsepnya juga ramah lingkungan. Sehingga penumpang nyaman dan merasa di rumah sendiri. Selain memakai panel surya, nantinya desain gedung juga terintegrasi dengan sel surya sehingga lebih hemat energi.
Sehingga teriknya panas di langit Bandara Changi bakal menjadi enegeri yang menghidupi kebutuhan listrik di dalam. Begitu juga saat hujan, air hujannya tak akan terbuang sia-sia.
Sebaliknya, mengalir lewat kanal khusus, menjadi sumber baku mata air bagi kebutuhan Bandara Changi sendiri. Begitu seterusnya. Penumpang ke depan juga dimanjakan dengan sistem otomatisasi, termasuk saat check in, sehingga tak perlu lama.
Pihak bandara menyediakan kios khusus check in, juga tempat menyimpan bagasi. Sehingga memastikan efiesiensi dan keamanan pengangkutan bagasi penumpang ke pesawat tujuan.
Selain membantu meningkatkan produktivitas pelayanan di bandara, otomatisasi ini juga membantu pekerja di bandara yang cenderung tak muda lagi. Apa yang telah dilakukan di terminal empat, seperti kebersihan menggunakan jasa robot, nantinya juga akan diterapkan di terminal lima.
Pendeknya, terminal lima bakal menjadi pelayanan terbang dan kebandarudaraan yang terintegrasi dalam satu atap. (*)