Kenapa Bitcoin Makan Listrik Lebih Besar Dari Negara Swiss?
angkaberita.id – Tak hanya rentan perubahan nilai, Bitcoin juga rentan dipakai dalam transaksi ilegal dan aktivitas pencurian internet lainnya. Namun paling mengejutkan tentu saja kenyataan Bitcoin makan listrik lebih besar dari kebutuhan listrik negara Swiss.
Seperti ditulis Statista mengutip kajian peneliti di Universitas Cambridge, Inggris. Berdasarkan kajian itu terungkap kebutuhan listrik mengoperasikan Bitcoin ternyata setara kebutuhan listrik suatu negara sehari-hari.
Diperkirakan Bitcoin membutuhkan daya listrik setara 61,76 terawatt hours (TWh) per tahunnya, atau setara 0,28 persen konsumsi daya listrik sedunia. Tak heran, jika Bitcoin diperlakuksan sebagai negara, kebutuhan listriknya hanya kalah dari China dan Amerika Serikat.
Selebihnya, Bitcoin makan listrik lebih banyak dibanding Swiss dan sejumlah negara lainnya seperti Yunani, Israel dan Irlandia. Sebagai gambaran, Republik Cek semisal per tahunnnya diperkirakan mengonsumsi listrik setara 62,34 TWh, sedangkan Swiss sebesar 58,46 TWh.
Dengan kata lainnya, kebutuhan pasokan listrik Bitcoin sebanding dengan kedua negara itu. Tak heran, jika diberlakukan sebagai negara, Bitcoin berada di peringkat ke-41 dunia sebagai entitas paling besar konsumsi listriknya.
Berdasar kajian itu, biang kerok penyedot daya listrik terbesar pengoperasian Bitcoin ialah proses koneksi jaringan saat verifikasi transaksi hingga kelar.
Tak heran, penambang Bitcoin lantaran besarnya kebutuhan listriknya memindahkan lokasi operasionalnya ke negara seperti Eslandia demi menghemat biaya listrik dengan metode konvensional.
Kenapa Eslandia lantaran di sini bisa memanfaatkan tenaga panas bumi alias listrik pans bumi, selain Eslandia melimpah juga harganya lebih murah.
Alasan lainnya, lokasi Eslandia dekat kutub utara, yakni Artika diyakini udara di kawasan ini membantu mendinginkan proses operasional Bitcoin, yang mirip kerja komputer. (*)