Kurinji, Bunga Langka Dari India: Lambang Cinta Beda Dunia, Berbunga 12 Tahun Sekali
angkaberita.id -Tidak seperti bunga pada umumnya, Neelakurinji demikian warga setempat menyebutnya bukan sekadar bunga. Namun juga harmoni kehidupan dan kebudayaan di baliknya.
Selain dipakai warga sebagai imunisasi pertama bayi lahir, tanaman bunga di bumi India ini juga hanya 12 tahun sekali berbunganya. Bunga ini, mengutip laporan laman BBC, termasuk spesies langka di dunia.
Musim berbunganya mengikuti kalender planet Jupiter, sekali dalam 12 tahun. Neelakurinji banyak ditemukan di pegunungan Kerala, negara bagian di India. Persisnya, di gugusan pegunungan Ghats bagian barat.
Berserak di ketinggian 1.600 meter di atas permukaan laut Kota Munnar. Kota ini sendiri dikenal sebagai penghasil teh, kopi dan tanaman rempah-rempah lainnya yang tumbuh di sekujur kawasan pegunungan berkabut ini.
Topografi dan kekhasan bunga Neelakurinji berikut lanskap Munnar menjadikannya kawasan ini, persisnya bunga Neelakurinji suatu sensasi wisata.
Tak seperti atraksi kebun bunga tulip di Belanda, Sakura di Jepang atau Ginkgo di Korea Selatan, atraksi bunga Neelakurinji memiliki keunikan sendiri, yakni masa berbunganya yang hanya 12 tahun sekali.
Musim berbunga terakhir ialah tahun 2018, artinya turis dapat menyaksikan musim bunga barikutnya pada tahun 2030.
Bunga Neelakurinji, biasa disebut Kurinji merupakan keluarga bunga trobilanthes, dengan jumlah spesies sekitar 350 dan 59 di antaranya terdapat di anak benua India. Orang mengenalnya Si Bunga Biru.
Masing-masing spesies bunga ini memiliki musim bunga berbeda-beda. Ada berbunga sekali dalam empat tahun, delapan tahun, 10, 12 atau bahkan 16 tahun sekali. Kendati musim berbunganya jelas, namun tidak sesiapapun bisa mengetahui tanda-tanda berbunganya.
Secara ilmiah, bunga Kurinji bernama Strobilanthes kunthiana artinya si bunga biru. Begitu berbunga, lanskap pegunungan langsung menyerupai karpet biru tergelar di perbukitan.
Biasanya musim berbunga di bulan Oktober, keindahannya hanya dapat dinikmati di kawasan Cagar Alam Kurinjimala, sekitar 45 kilometer dari Munnar.
Kurinji merupakan tanaman monocarpic, yakni setiap kelopaknya hanya tumbuh sekali setelahnya langsung layu. Perlu waktu tertentu hingga muncul kembali benih bunga baru.
Itulah kenapa, menurut analisi sains, bunga ini hanya sekali dalam 12 tahun berbunga. Yakni, demi kepentingan bertahan hidup. Sehingga predator dalam rantai makanan mereka tak bisa bisa menghabisinya.
Selain daur hidup 12 tahunannya, bunga Kurinji juga tak sembarangan tumbuh di dunia ini. Kurinji identik dengan bumi India, dalam perspektif kebudayaan.
Seorang pakar India, Roy Mathew, mantan redaktur di Harian The Hindu pernah menganalisisnya dalam buku karyanya “Kurinji: The Flower of the Blue Mountains”. Tulisnya, keberadaan bungan ini lekat dengan suku Muthuwan.
Suku ini meyakini bunga Kurinji merupakan simbol cinta dan asmara. Persisnya, cinta sang dewa yang dipercayai suku Muthuwan, yakni Muruga kepada Valli, seorang gadis suku ini. Dengan menjadikan bunga ini sebagai bukti sembari dikalungkan di leher.
Suku lain, tulis Roy, yakni Suku Paliyan, suku nomadik di kawasan barat Ghars, dapat mengetahui usia seseorang dengan melihat jumlah lingkaran bunga Kurinji.
Selain melambangkan cinta sejati, Kurinji juga diyakini memiliki tuah pengobatan melalui cairan madu yang dihasilkannya. Musim bungan biasanya meningkatkan serbuan kumbang madu sehingga menghasilkan madu.
Namun tak mudah mendapatkan madu dari bunga langka ini. Hanya suku lokal yang boleh mengambilnya. Karenanya tak mudah ditemukan madu ini di pasaran.
Warga setempat meyakini madu ini menyehatkan, berkhasiat mencegah serangan jantung, kendati belum ada penelitian yang mengkonfirmasi keyakinan ini.
Bagi warga sekitar, Kurinji merupakan berkah. Kota abad ke-19, ini sebagian penghidupannya berasal dari kunjungan pelancong melihat bunga Kurinji. Namun kunjungan ke sini sempat dibatasi lantaran musibah tanah longsor di kawasan Wayanad dan Palakkad.
Sehingga arus kunjungan berkurang, namun setelahnya beringsut naik lagi. Pemerintah setempat mengelola wisata bunga ini dengan serius. Seluk beluk dan sensasi bunga dan bagaimana ke lokasi bisa diakses warga dunia secara online. (*)