Hasil Pemilu Uni Eropa, Eropa Kian Terbelah Tajam Sekaligus Pesan Keras ke Berlin

hasil sementara pemilu uni eropa menggambarkan perubahan dramatis lanskap politik di eropa seiring melemahnya pengarus kubu konservatif dan sosialis, serta menguatnya parpol alternatif. foto suasana pencoblosan di bucharest, romania/foto Andreea Alexandru/AP via theguardian.com

Hasil Pemilu Uni Eropa, Eropa Kian Terbelah Tajam Sekaligus Pesan Keras ke Berlin

angkaberita.id – Negara-negara Eropa secara politik kian terbelah menyusul hasil sementara Pemilu Uni Eropa. Parpol berhaluan moderat kian tergerus suaranya, bahkan berpotensi kehilangan mayoritasnya.

Cengkeraman kekuasaan mereka terbagi ke parpol esktrem kanan dan kiri, seperti partai hijau dan parpol populis. Laporan theguardian.com mengungkapkan, hasil sementara pemilu juga menandai tercerabutnya kekuasaan elektoral partai moderat setelah berkuasa di parlemen selama 40 tahun terakhir.

Kabar baiknya, parpol-parpol yang cenderung skeptis terhadap keberadaan Uni Eropa gagal memenuhi ambisinya, kendati berhasil duduk kembali ke parlemen eropa. Ditandai keberhasilan partai kanan Prancis pimpinan Marine Le Pen unggul tipis atas parpol besutan Emamanuel Macron, Presiden Prancis, yakni En Marche.

Pemilu ini juga menjadi konfirmasi atas kebijakan politik Partai Hijau yang bertekad memperjuangkan perubahan iklim sebagai agenda utama mereka. Perolehan kursi mereka di parlemen eropa diproyeksikan melesat menjadi 71 kursi dari sebelumnya hanya 50 di tahun 2014. Sumbangan terbanyak dari partau hijau alias der gruene di Jerman.

Tahun ini, suara mereka mengalahkan partai kiri tengah, SPD sekaligus menempel ketat partai kanan tengah, CDU besutan Angela Merkel, Kanselir Jerman. Hasil exit poll, partai hijau mendapatkan 22 persen suara.

Pemilu eropa tahun ini bisa dikatakan musim seminya parpol ekstrem kanan dan kiri. Dukungan ke mereka menguat di sekujur eropa seiring meningkatnya persaingan tajam soal kebijakan dan perubahan iklim serta masa depan Uni Eropa antara partai ekstrem kanan dan kiri. Sebagian di antaranya dipicu kegagalan parpol-parpol berhaluan tengah menyelesaikan isu imigrasi dan krisis pengungsi ke daratan eropa beberapa tahun belakangan.

Imbasnya, torehan kursi mereka di parlemen diperkirakan menurun. Kursi presiden komisi eropa yang selama bertahun-tahun seperti menjadi ‘jatah’ kubu parpol moderat bakal menjadi bola panas. Lobi dan negosiasi pengganti Jean Claude Juncker bakal kian sengit.

Hasil sementara ini, juga bakal menjadi dasar bagi kepala negara 28 anggota Uni Eropa menentukan pengganti Juncker dan Donald Tusk, Presiden Dewan Eropa. Pasalnya, parlemen eropa memiliki hak veto saat pemilihan presiden komisi eropa dan anggotanya.

Ini bakal menjadi pertarungan menarik lantaran menyiratkan ‘penolakan’ parlemen atas dikte selama. “Saya perkirakan sejumlah parpol kecil kian terpinggirkan malam ini,” kata Juncker dengan nada seperti membesarkan hati sendiri.

Estimasi berdasarkan hasil exit poll, partai kanan tengah Partai Rakyat Eropa (EPP) dengan calon utama presiden komisi eropanya, Manfred Webber masih tetap penguasa kursi terbesar parlemen, kendati jumlahnya turun signifikan dari 221 menjadi 173.

Kubu sosialis dan demokrat juga turun kursinya dari 191 menjadi 147. Dua kubu ini selama berdekade lamanya selalu menguasai mayoritas parlemen sehingga terbilang ‘sukses’ mendudukkan kandidatnya di kursi presiden komisi eropa dan presiden dewan eropa.

Namun kali ini, kalau ingin melanjutkan dominasinya, keduanya perlu dukungan dari kubu lain, semisal aliansi liberal dan demokrat (ALDE) yang memiliki 102 kursi, berkat menguatnya perolehan suara parpol En Marche, besutan Presiden Prancis. Juga butuh dukungan partai hijau jika ingin mendapatkan suara mayoritas yang stabil di parlemen.

Dukungan itu perlu lantaran kubu opisisi kali ini torehan suaranya meningkat sehingga jumlah kursinya juga bertambah tajam. Kubu populis kanan (The European of Nations and Freedom) semisal, mendapatkan 57 kursi dari sebelumnya hanya 20 di pemilu eropa tahun 2014.

Di dalam kubu ini terdapat parpol ekstrem kanan di Prancis dan Italia seperti parpol Marine Le Penn dan Matteo Salvini. Partai Savini, yakni League dan Partai Brexit pimpinan Nigel Farage di Inggris, bersaing ketat sebagai partai terbesar di parlemen kubu populis eropa setelah exit poll memproyeksikan keduanya mendapatkan suara 27-31 persen, setara 25 kursi dari sebelumnya hanya 5 kursi.

Guy Verhofstadt, pentolan ALDE berseru girang. “Untuk pertama kalinya selama 40 tahun terakhir, kubu koservatif dan sosialis tak lagi memiliki suara mayoritas. Ini artinya tidak ada lagi mayoritas solid untuk (kebijakan) pro Uni Eropa tanpa dukungan dan partisipasi kami, kubu moderat baru,” ujarnya jemawa.

Kubu liberal demokrat di parlemen eropa, selain Guy Verhofstadt pentolan lainnya, ialah Emmanuel Macron, Preside Prancis. Secara tidak langsung hasil pemilu eropa kali ini juga referendum terhadap koalisi pemerintahan di Jerman, antara CDU dan SPD.

Sebab Jerman sejatinya, tak hanya kekuatan ekonomi terbesar di Uni Eropa namun juga secara de facto penguasa Uni Eropa. (*)

Bagikan