angkaberita.id – Boleh saja bos Amazon Jeff Bezos dinobatkan menjadi orang terkaya di dunia dengan kekayaan mencapai USD 118 miliar atau setara Rp 1.683 triliun (asumsi Rp 14.269 per USD).
Namun sejarah mencatat, hartanya masih jauh di bawah Raja Musa Mansa I dari Mali. Tak hanya disebut terkaya sepanjang sejarah, namun juga memiliki sifat dermawan luar biasa.
Hobinya bersedekah dan membagikan emas ke warga miskin. Mengutip laman situs merdeka.com, Senin (18/3/2019) dari Business Insider, Time menyebut kekayaan Musa I tak bisa dikalahkan oleh orang terkaya manapun, baik yang tercatat maupun tidak.
“Tidak ada hitungan angka pasti mengenai jumlah kekayaan Musa,” ujar penulis Time Jacob Davidson. Mansa Musa (Mansa yang berarti raja atau sultan) memerintah Mali pada abad ke-14.
Di mana, wilayah kekuasaannya saat itu dipenuhi sumber kekayaan alam yang melimpah, yang didominasi oleh emas. Mansa Musa juga dikenal sebagai pemimpin militer yang sukses.
Selama memerintah, dia berhasil menundukkan 24 kota. Jika disetarakan dengan peta dunia saat ini, wilayah kekuasaanya meliputi Mauritania, Senegal, Gambia, Guinea, Burkina Faso, Mali, Niger, Nigeria, dan Chad.
Kekuasaannya meluas secara mengagumkan yang diperkirakan mencapai 2.000 mil. Dia juga berhasil menyatukan Timbuktu dan merebut kembali kekuasaan dari Gao.
Kekayaan Musa baru dikenal oleh dunia pada saat raja muslim ini melakukan perjalanan haji ke kota Mekkah pada tahun 1324. Pada perjalanannya saat itu, Mansa Musa membawa ribuan rombongan yang membawa tumpukan emas
dan membagi-bagikannya pada kaum miskin yang ditemui selama perjalanan. “Dia membawa karavan sebanyak mata bisa memandang,” tulis Smith.
Mansa Musa dilaporkan membawa 60.000 karavan atau kereta kuda yang meliputi 1.000 orang, 100 unta pembawa emas, pemusik pribadi raja, dan 500 budak yang juga membawa emas.
Sejarawan, Ibn Khaldun, yang mewawancarai salah satu peserta perjalanan Mansa Musa mengatakan di setiap perhentiannya dia akan memberi makanan langka.
Peralatan kebutuhan pribadinya bahwa dibawakan oleh 12.000 budak wanita yang memakai gaun dan sutra Yaman. “Mansa Musa juga tidak pelit atau kikir.
Dia akan menyumbang kepada setiap orang miskin yang ditemui. Saat dia berhenti di Kairo, dia memberikan emas berlimpah pada orang miskin yang langsung menyebabkan inflasi di Mesir,” tuturnya.
Dengan kekayaannya tersebut, Mansa Musa tidak lagi memikirkan emas. Apa yang diinginkannya ialah membantu membangun bangsa sebagai amanah agamanya.
Dia membangun sekolah, masjid, dan universitas besar di Timbuktu saat itu. Dia juga membangun masjid bersejarah di Timbuktu yang masih berdiri hingga saat ini yakni Djinguereber.
Sejarawan, Chris Strobel, menulis perjalanan haji Mansa Musa saat itu tersebut mengubah pandangan bangsa Eropa dalam melihat Mali menjadi sebuah negara kaya, megah, dan maju.
Pandangan inilah yang membuat bangsa Portugis melakukan penjajahan ke kerajaan Mali pada abad ke-15. Mansa Musa naik takhta pada 1312. Pada saat itu, kebanyakan negara Eropa sedang mengalami krisis emas dan perak.
Sementara, kerajaan Afrika justru memiliki pasokan melimpah. Memerintah selama 25 tahun, orang terkaya sepanjang sejarah ini menghembuskan nafas terakhirnya pada tahun 1337.
Sang Putra, Maghan I, pun meneruskan pemerintahannya. “Peninggalan kekayaan sang raja masih bertahan hingga saat ini, seperti makam, perpustakaan, dan masjid megah yang menjadi bagian sejarah kekayaan kerajaan Mali.” (*)