angkaberita.id

Berapakah Usia Terbaik Lakukan Khitan? Ini Jawabannya Secara Medis

IIlustrasi khitan/foto nakita.id via intisari.grid.id

angkaberita.id – Berapakah usia terbaik melakukan khitan? Kebanyakan orangtuan tidak begitu memperhatikan soal ini. Sepanjang anak laki-laki mereka berkeinginan, maka orangtua baru bersiap dan mengurusnya.

Khitan atau orang mengenalnya dengan istilah sunat, seperti disampaikan dr. Mahdian Nur Nasution, SpBS dari Rumah Sunatan, punya banyak sekali manfaat.

Sunat, salah satunya, memungkinkan kebersihan kepala zakar lebih terjamin karena lebih mudah dibersihkan.

Selain itu sunat juga bagus untuk mengurangi risiko terjadinya infeksi dan mengurangi risiko terkena kanker.

Sunat juga bermanfaat untuk:

1. Mencegah terjadinya penyakit pada penis seperti peradangan pada kepala atau kulup penis yang disebut fimosis, yaitu kondisi saat kulup penis yang tidak disunat sulit untuk ditarik.

2. Mengurangi risiko terkena gangguan infeksi saluran kemih. Kondisi ini terjadi akibat bakteri terkumpul di dalam kulup yang kemudian menyebar ke sistem urine.

Sunat biasanya dipilih untuk menangani pengidap yang berisiko mengalami infeksi ini berulang kali.

Dengan sunat, frekuensi infeksi bisa dikurangi sehingga ginjal pun terlindungi dari berbagai komplikasi akibat infeksi berulang kali.

Bayi yang terlahir dengan sistem saluran kemih yang abnormal biasanya disarankan untuk menjalani sunat untuk mencegah infeksi saluran kemih dan kerusakan pada ginjal.

Lalu kapan waktu sunat terbaik? Peneliti di Institute for Health Metrics and Evaluation, University of Washington, Seattle, telah menganalisis data dari 1,4 juta anak laki-laki.

Hasilnya, anak laki-laki yang disunat sebelum mencapai usia 1 tahun berpotensi besar terhindar mengalami peristiwa yang merugikan.

Semakin tua usia sunat, semakin besar risiko yang akan dirasakan oleh si anak.

“Ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang menemukan bahwa tingkat efek samping sunat pada anak-anak yang lebih tua jauh lebih tinggi dibanding pada bayi,” kata Dr Charbel El Bcheraou, penulis dan profesor di institute tersebut, seperti dilansir Medicaldaily, setahun yang lalu.

Efek samping yang dimaksudkan, jika mengacu pada WHO, termasuk rasa sakit, pendarahan yang berlebihan,

pemotongan kulit yang berlebihan, kerusakan pada penis, sulit buang air kecil, jaringan parut atau cacat, pembengkakan berlebihan, dan infeksi.

WHO sendiri mendorong orangtua agak segera menyunatkan anak lelakinya, dalam rangka mengurangi tingkat HIV.

Kabarnya, sunat bisa menurunkan risiko terjadinya HIV hingga 60%. Beberapa dokter di Barat menganjurkan supaya sunat segera dilakukan tak lama setelah jabang bayi lahir, meski masih banyak orangtua yang menundanya.

“Orangtua memilih waktu sunat karena berbagai alasan, termasuk agama, sosial, budaya, atau manfaat kesehatan.

Namun, melihat risiko yang meningkat hingga 10-20 kali, orangtua paling aman memilih waktu ketika berusia 1 tahun,” ujar El Bcheraou.

Padahal, di Indonesia, rata-rata anak baru disunat saat sudah duduk di bangku Sekolah Dasar atau antara usia 6 hingga 12 tahun. (Intisari.grid.id)

Bagikan
Exit mobile version