Fri. Apr 19th, 2024

angkaberita.id

Situs Berita Generasi Bahagia

Nama Jalan di Singapura, Abadikan Judul Film Melayu Hingga Juragan Nanas

5 min read

sejarah penamaan jalan di singapura mengungkap sejumlah banyak fakta mengejutkan, termasuk kesamaan penamaan dengan jalan di tanjungpinang/foto via pulsk.com via travel.tribunnews.com

Nama Jalan di Singapura, Abadikan Judul Film Melayu Hingga Juragan Nanas

angkaberita.id – Saking melekatnya film-film Melayu di Singapura, sejumlah judul film dijadikan nama jalan di Negeri Singa di antaranya film Buloh Perindu atau Buluh Perindu. Film berwarna pertama produksi Cathay Keris Film ini rilis tahun 1953, saat itu Singapura masih bagian dari Federasi Malaysia.

Selain film Buluh Perindu, film lain yang juga dijadikan nama jalan di Singapura antara Azam, Dondang Sayang, Puteri Jula Juli, Saudara Ku dan Selendang Delima. Keseluruhan terdapar enam judul film berbahasa Melayu diabadikan menjadi nama jalan di Singapura, persisnya di kawasan pantai timur.

Dalam sajian khusus visual grafis tentang jalan dan sejarah penamaan di baliknya, The Straits Times harian berpengaruh di Singapura menulis, jumlah jalan di Negeri Merlion itu telah berlipat ganda dibanding kondisi tahun 1966, saat itu masih berkisar 1.600 ruas jalan.

poster film buluh perindu keluaran tahun 1953 sangat dikenal di singapura, saat itu masih bagian federasi malaysia/foto via youtube

Namun sekarang jumlahnya dua kali lipat. Sebagian jalan baru, selebihnya jalan diberi nama baru, sebagian lainnya jalan lama yang dibangun kembali. Selain mengadopsi penamaan bahasa Melayu, ribuan jalan itu juga memakai bahasa Inggris, bahasa China dan lainnya.

Kata sehari-hari dalam bahasa Melayu paling banyak menjadi nama jalan di Singapura. Seperti Jalan Pelangi. Selain kata keseharian, nama jalan bahasa Melayu juga mengadopsi identitas alam bisa berupa kondisi topografis, juga pepohonan dan sebagainya.

Seperti jalan di sekitar kawasan Sungai Kranji, kawasan ini sendiri merujuk nama pohon yang banyak tumbuh dulunya di kawasan rawa belukar itu, sebelum dibabat menjadi kebun gambir, lada dan karet.

Selain bahasa Melayu, bahasa Inggris juga biasa dipakai sebagai penamaan jalan di Singapura. Kebanyakan mengabadikan nama orang. Sebagian lainnya memakai nama pedesaaan atau kota di Negeri Ratu Elizabeth II.

Begitu juga dengan bahasa China, sebagian besar memakai nama orang. Paling terkenal tentu saja jalan di kawasan Hougang dan Ang Mo Kio.

Sepintas penamaan jalan di Singapura, begitu juga penamaan kawasan kampung di sana tak berbeda jauh dengan penamaan jalan di Tanjungpinang.

kawasan ang mo kio di singapura di lihat dari udara/foto via propertyguru.com.sg

Bahkan, klaster-klasternya tak berbeda, semisal penamaan jalan mengadopsi nama buah sebagai jalan lingkungan. Jalan Cempedak, Jalan Ciku merupakan sebagian nama jalan terkenal di Tanjungpinang lantaran padat penduduknya, juga menjadi penghubung antara Jalan Soekarno-Hatta dengan Jalan Wiratno.

Nah, di Singapura juga terdapat jalan mengadopasi nama buah, persinya buah pisang. Tak tanggung-tanggung, hampir semua jenis pisang dijadikan nama jalan di Singapura.

Seperti Lorong Pisang Asam, Lorong Pisang Batu, Lorong Pisang Emas, Lorong Posang Hijau, Lorong Pisang Raja dan Lorong Pisang Udang. Jalan itu berlokasi dekat stasiun MRT Beauty World, kendati tak banyak pokok pisang tumbuh di kawasan itu.

Selain nama buah, lazim juga dipakai di Singapura nama zodiak sebagain nama jalan semisal Jalan Leo (Leo Drive), Jalan Libra dan sebagainya, semuanya dekat dengan bendungan MacRitchie.

Ada juga nama jalan mengadopsi pentas opera dan balet, seperti Figaro Street, Swan Lake Avenue dan sebagainya, berserak di kawasan Siglap. Total ada 20 nama jalan lebih mengabadikan keseniaan masyur di zaman renaisans Eropa ini.

kisah swan lake sangat akrab dengan penikmat opera atau konser balet di dunia/foto via grandsballets.com

Ada juga jalan memakai nama gelar kebangsawanan semisal King’s Road, Queen’s Road atau Prince Road dan Duke Road. Nama itu merupakan gelar kebangsawanan lazim di takhta Inggris Raya, Singapura merupakan persemakmuran Inggris Raya.

Selain itu, di Singapura juga lazim nama jalan mengabadikan nama bunga, kemudian nama batu mulia. Tak sedikit memakai nama pepohonan seperti Angsana Avenue, Jalan Binjai dan sebagainya.

Ada juga jalan mengabadikan nama alat musik, termasuk alat musik khas Bumi Pasundan, yakni Jalan Angklong. Sebagai bagian bagian persemakmuran Inggris, tak sedikit nama jalan di Singapura mengadopasi negara atau kota persemakmuran semisal Auckland Road, Kenya Crescent and Malta Road.

Kawasan galangan kapal Sembawang paling lekat dengan penamaan ini, apalagi dulunya lokasi ini juga merupakan pangkalan angkatan laut Inggris di Asia.

Tak hanya persemakmuran, nama khas Inggris juga muncul semisal Bristol Road, Devonshire Road, Dorset Road dan Hampshire Road. Akhiran Shire lazim melekat di penamaan kota di Inggris.

Sedangkan nama kota atau kawasan di China daratan juga tak sedikit dipakai seperti Amoy Street, Canton Street dan sebagainya. Khusus penamaan jalan mengadopasi bahasa Inggris dan turunannya, terungkap sejumlah fakta mengejutkan.

amoy steet di singapura/foto via timeout.com

Dari 800 nama jalan mengandopasi bahasa Inggris, hanya 41 nama jalan diambil dari nama perempuan, kebanyakan keluarga bangsawan Inggris Raya.

Selebihnya mengadopasi nama kaum pria dengan latar belakang, mulai dari doter, pengacara, pengusaha hingga pejabat sipil dan militer dan sebagainya.

Paling mengejutkan ialah dua jalan, yakni Elliot Road and Elliot Walk, sempat dikira merujuk nama pria pengacara, namun sejatinya merujuk Dr Patricia Elliot, dokter paling terkenal di awal tahun 1900-an.

Begitu juga dengan juragan nanas Lim Nee Soon, ada 26 jalan memakai namanya. Jumlah terbanyak di Singapura, satu nama sebagai jalan di Singapura.

Saingannya ialah nama sastrawan penerima Nobel asal India, Rabindranath Tagore. Seperti Amerika Serikat, khususnya New York, nama jalan di Singapura tak sedikit memakai angka di belakangnya.

Paling umum ialah Tampines Street 94, Clementi Avenue 6 dan Woodlands Drive 64. New York semisal dikenal dengan Second Avenue, Third Avenue dan Sixth Avenue. Nama terakhir dikenal sebagai distrik bisnis dan belanja di Manhattan.

kawasan sixth avenue di new york amerika serikat, penamaan nama jalan pakai angka juga diadopsi di singapura/foto via shutterstock.com

Kurun waktu 1970-an, sudah lazim melihat angka dipakai sebagai nama jalan hingga awal 1990-an. Selama dua dekade itu, 40 persen nama jalan memakai angka di belakang sebagian merupakan jalan benar-benar baru, dinama ulang atau jalan dibangun ulang selama 20 tahun itu. Hanya 11 persen jalan yang dibangun sejak tahun 2007 memakai angka di belakangnya.

NAMA JALAN DAN TEMPAT DI TANJUNGPINANG

Penamaan jalan atau tempat di Tanjungpinang, dalam istilah kartografinya sebagai toponimi, juga tak berbeda jauh dengan Singapura. Bedanya, nama jalan di Tanjungpinang seperti juga di Jambi dan sejumlah daerah lainnya, mengadopsi penamaan berdasar radius seperti Batu, semisal Batu 9.

Istilah resmi biasanya Kilometer (KM) 9, di Jambi merujuk bahasa Belanda memakai Pal, semisal Pal 5 atau Pal 10 dan sebagainya. Penamaan itu sejatinya dari bahasa Inggris Mile.

Khusus jalan di Tanjungpinang, terdapat buku mengulas soal ini berjudul Toponimi Daerah Kota Tanjungpinang, karya Rendra Setyadiharja dan Yoan Sutrisna Nugraha. Sejarah penamaan kawasan pecinan seperti Jalan Tambak, Bukit Semprong, Kampung Jawa dikupas, meskipun selintas.

Khusus kawasan pecinan seperti Akau Potong Lembu, sejarahnya seperti dijelaskan Edyanto Peminat Budaya Tionghoa di Tanjungpinang, sumbernya sama yakni mengabadikan nama Akau, si penjual kwetiauw hainam.

akau potong lembu, pusat wisata gastronomi sekaligus gerbang akulturasi kuliner di Tanjungpinang/angkaberita.id/marwah

(*)

Bagikan